Minggu, 16 Maret 2014

Sejarah Singkat Berdirinya Desa Kaibon Petangkuran versi 2



 SEJARAH BERDIRINYA DESA PETANGKURAN 
  Pada zaman dahulu desa kami terdiri dari tiga tokoh masyarakat terkenal. Mereka itu adalah Mbah  Kejayan, Mbah Kyai Tangkur , dan Demang Selowedono. Yang mana ketiga tokoh masyarakat tersebut memimpin wilayahnya masing-masing. Namun setelah berdirinya pemerintahan Kabupaten Ambal, ada peringkasan suatu wilayah. Akhirnya ketiga tokoh masyarakat itu, sepakat untuk menggabungkan wilayahnya masing-masing menjadi satu. Karena wilayah yang dipimpin Mbah Kyai Tangkur berada ditengah dan terluas, maka mereka sepakat memberi nama desa kami Petangkuran. Kata tersebut, diambil diambil dari  kata Tangkur (Mbah Kyai Tangkur).

Sejarah Singkat Desa Kaibon Petangkuran.



Sejarah Singkat Desa Kaibon Petangkuran.
Sebelum tahun 1937 desa Kaibon Petangkuran terdiri dari beberapa dusun, karena banyak terjadi konflik antar warga maka pemerintah Hindia Belanda menggabunglan (Zaman Blengketan : versi lokal) dusun-Kejayan, dusun Jurutengah, dusun Selawen. Selongan, Kaibon, Siwaru, Juru Wetan, Juru Kulon (Tangkur) menjadi desa Petangkutan. Didalam desa Petangkuran timbul konflik antara dusun Kaibon dengan dusun Tangkur. Konflik ini dipicu oleh perebutan wilayah kekuasaan dan perempuan sehingga menjadi kebiasaan/adat bahwa orang Petangkuran (laki-laki) pantang untuk mendapatkan perempuan asal Kaibon, Dusun Tangkur sebagai pemenang dari konflik dinamakan dusun Kaibon Petangkuran. Dan Kaibon sebagai pihak yang kalah tetap di beri kekuasaan dan dibolehkan menggunakan nama Kaibon.
Seiring dengan perkembangan pemberian nama tersebut diikuti pula oleh penataan pertanahan (kewilayahan) pada zaman Selowedono. Setelah tahun 1937, rekonsiliasi konflik pun dilakukan dengan mengadakan perkawinan politik, yakni anak gadis Selowedono dengan anak laki-laki Mbah Tangkur. Dan dikuti dengan kebijakan menata kewilayahan desa menjadi lima persil. Persil D1, persil D2, persil D3, persil D4, persil D5. Dan untuk posisi D5 berada pada posisi sebelah selatan tempat pemakaman pesisir sampai dengan laut (Jenggereng sampai Banyu Asin) dalam bahasa kerennya adalah wilayah teritorial desa.
Data Tanah
Tahun
Sumber data
Status kepemilikan tanah
Bukti kepemilikan
1950
Kantor Pajak Purworejo
Masih menjadi milik warga
Pethuk
1961
Kantor Pajak Purworejo
Masih menjadi milik warga
Serifikat duplikat
1982
Kantor Pajak Purworejo
Ada perubahan kepemilikan yakni daerah pangonan maenjadi daerah BRO
SENGOJO (untuk penggembalaan ternak).
Tidak ada sertifikat,yang digunakan adalah SPPT.
Data diatas di kutip pada data di kantor PBB Purworejo, 19 September 2001.